MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN
IPS
MELALUI
PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION
PADA SISWA KELAS VIII A DI SMPN 12 SUNGAI RAYA
laporan
TIM PENYUSUN:
1.
DWI SUDARMI, S. Pd.
NIP. 19720813 200312 2 006
2.
SRI ERNAWATI, S. Pd
NIP. 19800101 200903 2 003
3.
SYARIF, S.Pd
NIP. 19731211 200012 1 002
4.
JOHN BARNABAS, S. Pd
NIP. 19580222 198803 1 003
DINAS PENDIDIKAN
KABUPATEN KUBU RAYA
2012
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPS
MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF
GROUP INVESTIGATION
PADA SISWA KELAS VIII A DI SMPN 12 SUNGAI RAYA
Tanggung Jawab Yuridis Material pada :
Dwi Sudarmi S. Pd
|
Guru SMP Negeri 12 Sungai Raya
|
Sri Ernawati S. Pd
|
Guru SMP Negeri 5 Sungai Ambawang
|
Syarif, S. Pd
|
Guru SMP Negeri 11 Sungai Raya
|
John Barnabas, S. Pd
|
Guru SMP Negeri 3 Teluk Pakedai
|
Disetujui Oleh
Kepala SMP
Negeri 12 Sungai Raya
Dra. Iin Normawari,M, .Pd
NIP.19621116
199512 2 001
|
Disahkan Oleh
Kepala Dinas Pendidikan
Kabupaten Kubu Raya
FRANS RANDUS, S.Pd.M.Si
NIP.19591010 198009 1 001
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan penelitian yang
berjudul ” Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Melalui Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation Pada Kelas VIII A SMPN 12 Sungai Raya ”
Proposal Penelitian ini disusun untuk mendapatkan
persetujuan dalam rangka pelaksanaan penelitian tindakan kelas dalam upaya
peningkatan kualitas kinerja guru dalam pembelajaran
Dalam menyelesaikan Proposal
penelitian ini penulis mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai
pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya ,
Pontianak,
Juli 2012
Penulis
ABSTRAK
Tujuan
utama dari penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran
di kelas dimana guru secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari
perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi.
Tempat
penelitian adalah di SMPN 12 Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya. Waktu
penelitian ini dilaksanakan pada
semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 dan subyek penelitian adalah
siswa-siswi Kelas VIII A pada pokok
bahasan Kondisi Fisik Wilayah dan penduduk.
Penelitian
ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode
penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data
yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai siswa
juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta
aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Data lembar observasi diambil
dari dua pengamatan yaitu data pengamatan pengelolaan pembelajaran kooperatif
model GI yang digunakan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran
kooperatif model GI dalam meningkatkan hasil belajar siswa dan data pengamatan
aktivitas siswa dan guru.
Dengan
penerapan pembelajaran kooperatif model GI tingkat aktivitas siswa dalam
pembelajaran dapat ditingkatkan sebagai implementasi peningkatan aktivitas ini
terjadi peningkatan penguasaan kosep materi pembelajaran pada peserta didik,
sehingga terjadi kenaikan pada hasil post tes.
Daftar Isi
Halaman
Halaman Judul ................................................................................................. i
Halaman Pengesahan ............................................................................................. ii
Kata Pengantar ...................................................................................................... iii
Abstrak ................................................................................................................... iv
Daftar Isi .................................................................................................................. v
BAB ...... I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah .......................................................... 1
B.
Perumusan
Masalah.................................................................. 2
C.
Tujuan
Penelitian ...................................................................... 2
D.
Mamfaat
Penelitian .................................................................. 3
E.
Definisi
Operasional Variabel ........................................... 4
F.
Batasan
Masalah ...................................................................... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. . Hasil
Belajar Ilmu Pengetahuan Sosial ..................................... 5
B. . Pengajaran
Kooperatif ........................................................... 8
C. . Metode GI ( Group Investigation) .......................................... 15
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Bentuk
Penelitian Tindakan .................................................... 18
B.
Tempat,
Waktu, dan Subyek Penelitian .................................. 19
C.
Rancangan
Penelitian ............................................................ 19
D.
Instrumen
Penelitian ............................................................... 21
E.
Metode
Pengumpulan Data .................................................... 22
F.
Teknik
Analisis Data ................................................................ 23
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Analisi
Item Butir Soal ........................................................... 24
B.
Analisis
Data Penelitian Persiklus .......................................... 26
C.
Pembahasan
...................................................................... 30
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
.............................................................................. 31
B.
Saran-saran
............................................................................. 31
DAFTAR PUSTAKA ….......................................................................................32
B AB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Pada masa
sekarang ini, kita
perlu menelaah kembali praktik-praktik pembelajaran di sekolah-sekolah. Peranan
yang harus dimainkan oleh dunia pendidikan dalam mempersiapkan akan didik untuk
berpartisipasi secara utuh dalam kehidupan bermasyarakat sekarang ini akan sangat berbeda dengan peranan
tradisional yang selama ini dipegang oleh sekolah-sekolah.
Ada persepsi umum yang sudah berakar
dalam dunia pendidikan dan juga sudah menjadi harapan masyarakat. Persepsi umum
ini menganggap bahwa sudah merupakan tugas guru untuk mengajar dan menyadari
siswa dengan muatan-muatan informasi dan pengetahuan. Guru perlu bersikap atau
setidaknya dipandang oleh siswa sebagai yang mahatahu dan sumber informasi.
Lebih celaka lagi, siswa belajar dalam situasi yang membebani dan menakutkan
karena dibayangi oleh tuntutan-tuntutan mengejar nilai-nilai tes dan ujian yang
tinggi.
Kekawatiran
bahwa semangat siswa dalam mengembangkan diri secara individual bisa terancam
dalam penggunaan metode kerja kelompok bisa dimengerti karena dalam penugasan
kelompok yang dilakukan secara sembarangan, siswa bukannya belajar secara
maksimal, melainkan belajar mendominasi ataupun melempar tanggung jawab. Metode
pembelajaran gotong royong distruktur sedemikian rupa sehingga masing-masing
anggota dalam satu kelompok melaksanakan tanggung jawab pribadinya karena ada
sistem akuntabilitas individu. Siswa tidak bisa begitu saja membonceng jerih
payah rekannya dan usaha setiap siswa akan dihargai sesuai dengan poin-poin
perbaikannya.
Dari
latar belakang masalah tersebut, maka peneliti merasa terdorong untuk melihat
pengaruh pembelajaran terstruktur dan pemberian balikan terhadap prestasi
belajar siswa dengan mengambil judul “Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Melalui Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation Pada Kelas VIII A SMPN 12 Sungai Raya ”
B. Rumusan
Masalah
Merujuk
pada uraian latar belakang di atas, dapat dikaji ada beberapa permasalahan yang
dirumuskan sebagai berikut:
- Apakah pembelajaran kooperatif model Group Investigation berpengaruh terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa Kelas VIII A Tahun pelajaran 2011/2012 di SMPN 12 Sungai Raya
- Seberapa tinggi tingkat penguasaan materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan diterapkannya metode pembelajaran kooperatif model Group Investigation pada siswa Kelas VIII A Tahun pelajaran 2011/2012 di SMPN 12 Sungai Raya.
C. Tujuan
Penelitian
Berdasar
atas rumusan masalah di atas, maka tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah:
- Untuk mengungkap pengaruh pembelajaran kooperatif model Group Investigation terhadap hasil belajar Ilmu Pengetahuan Sosial siswa Kelas VIII A Tahun pelajaran 2011/2012
- Ingin mengetahui seberapa jauh pemahaman dan penguasaan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif model Group Investigation pada siswa Kelas VIII A Tahun Pelajaran 2011/2012.
D. Mamfaat Penelitian
1.
Hasil
dan temuan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pembelajaran
kooperatif model Group Investigation dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial oleh guru Kelas VIII Tahun
pelajaran 2011/2012
2.
Sekolah
sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa
khususnya pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
- Guru, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran yang dapat memberikan manfaat bagi siswa.
- Siswa, dapat meningkatkan motiviasi belajar dan melatih sikap sosial untuk saling peduli terhadap keberhasilan siswa lain dalam mencapai tujuan belajar.
- Menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang peranan guru Ilmu Pengetahuan Sosial dalam meningkatkan pemahaman siswa belajar Ilmu Pengetahuan Sosial.
- Sumbangan pemikiran bagi guru Ilmu Pengetahuan Sosial dalam mengajar dan meningkatkan pemahaman siswa belajar Ilmu Pengetahuan Sosial.
E. Definisi
Operasional Variabel
Agar
tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu
didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
- Metode pembelajaran kooperatif model Group Investigation (GI) adalah:
Suatu pengajaran yang melibatkan
siswa untuk bekerja dalam kelompok-kelompok untuk menetapkan tujuan bersama.
- Motivasi belajar adalah:
Suatu proses untuk menggiatkan
motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan
mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong
tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
- Prestasi belajar adalah:
Hasil belajar yang dinyatakan dalam
bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah siswa mengikuti pelajaran
F. Batasan
Masalah
Karena
keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah meliputi:
- Penelitian ini hanya dikenakan pada siswa Kelas VIII A Tahun pelajaran 2011/2012 di SMPN 12 Sungai Raya Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012
- Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan Meningkatkan prestasi belajar ilmu pengetahuan social melalaui pembelajaran Kooperatif Model group Investigasion kelas VIII A Tahun pelajaran di SMPN 12 Sungai Raya
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A. Hasil
Belajar
1. Pengertian
Di dalam istilah hasil
belajar, terdapat dua unsur di dalamnya, yaitu unsur hasil dan unsur belajar.
Hasil merupakan suatu hasil yang telah dicapai pebelajar dalam kegiatan
belajarnya (dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya), sebagaimana
dijelaskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, (1995: 787). Dari pengertian
ini, maka hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan oleh mata pelajaran, lajimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau
angka nilai yang diberikan oleh guru.
Belajar
itu sebagai suatu proses perubahan tingkah laku, atau memaknai sesuatu yang
diperoleh. Akan tetapi apabila kita bicara tentang hasil belajar, maka hal itu
merupakan hasil yang telah dicapai oleh si pembelajar.
Menurut Nawawi (1981: 127),
berdasarkan tujuannya, hasil belajar dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a.
Hasil
belajar yang berupa kemampuan keterampilan atau kecapakan di dalam melakukan
atau mengerjakan suatu tugas, termasuk di dalamnya keterampilan menggunakan
alat.
b.
Hasil
belajar yang berupa kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan tentang apa yang
dikerjakan.
c.
Hasil
belajar yang berupa perubahan sikap dan tingkah laku.
- Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Sejak awal
dikembangkannya ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia, banyak dibahas
mengenai bagaimana mencapai hasil belajar yang efektif. Para
pakar dibidang pendidikan dan psikologi mencoba mengidentifikasikan
faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Dengan diketahuinya
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar, para pelaksana maupun
pelaku kegiatan belajar dapat memberi intervensi positif untuk meningkatkan
hasil belajar yang akan diperoleh.
Secara
implisit, ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar anak, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal.
a.
Faktor
Internal
Foktor
internal meliputi faktor fisiologis, yaitu kondisi jasmani dan keadaan
fungsi-fungsi fisiologis. Faktor fisiologis sangat menunjang atau melatar
belakangi aktivitas belajar. Keadaan jasmani yang sehat akan lain pengaruhnya
dibanding jasmani yang keadaannya kurang sehat.
b.
Faktor
Eksternal
Faktor-faktor
eksternal, yaitu faktor dari luar diri anak yang ikut mempengaruhi belajar
anak, yang antara lain berasal dari orang tua, sekolah, dan masyarakat.
1.
Faktor
yang berasal dari orang tua
Faktor
yang berasal dari orang tua ini utamanya adalah sebagaii cara mendidik orang
tua terhadap anaknya. Dalam
hal ini dapat dikaitkan suatu teori, apakah orang tua mendidik secara
demokratis, otoriter, atau cara laisses faire. Cara atau tipe mendidik
yang dimikian masing-masing mempunyai kebaikannya dan ada pula kekurangannya.
Dalam
kaitan dengan hal ini, Tim Penyusunan, “Di dalam pergaulan di lingkungan
keluarga hendaknya berubah menjadi situasi pendidikan, yaitu bila orang tua
memperhatikan anak, misalnya anak ditegur dan diberi pujian….” Pendek kata,
motivasi, perhatian, dan kepedulian orang tua akan memberikan semangat untuk
belajar bagi anak.
2.
Faktor
yang berasal dari sekolah
Faktor
yang berasal dari sekolah, dapat berasal dari guru, mata pelajaran yang
ditempuh, dan metode yang diterapkan. Faktor guru banyak menjadi penyebab
kegagalan belajar anak, yaitu yang menyangkut kepribadian guru, kemampuan
mengajarnya. Terhadap mata pelajaran, ka yang diharapkan. Keterampilan, kemampuan,
dan kemauan belajar anak. Oleh karena itu menjadi tugas guru untuk membimbing
anak dalam belajar.
3.
Faktor
yang berasal dari masyarakat
Anak tidak lepas dari kehidupan
masyarakat. Faktor masyarakat bahkan sangat kuat pengaruhnya terhadap
pendidikan anak. Pengaruh masyarakat bahkan sulit dikendalikan.
B. Pengajaran
Kooperatif
Pengajaran
kooperatif (Cooperatif Learning)
memerlukan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa untuk
bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar
(Houlobec, 2001).
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Manusia
memiliki derajat potensi, latar belakang histories, serta harapan masa depan
yang berbeda-beda. Karena adanya perbedaan, manusia dapat silih asah (saling mencerdaskan). Pembelajaran kooperatif secara
sadar menciptakan interaksi yang silih
asah sehingga sumber belajar bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar
tetapi juga sesama siswa.
Perbedaan
antar manusia yang tidak terkelola secara baik dapat menimbulkan
ketersinggungan dan kesalahpahaman antar sesamanya. Agar manusia terhindar dari
ketersinggungan dan kesalahpahaman maka diperlukan interaksi yang silih asuh (saling tenggang rasa).
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sengaja
menciptakan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan dan
kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan. Dengan ringkas Abdurrahman
dan Bintoro (200: 78) mengatakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh
antar sesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata”.
2.
Unsur
Dasar Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang
saling terkait. Adapun berbagai elemen dalam pembelajaran kooperatif adalah
adanya: “(1) saling ketergantungan positif; (2) interaksi tatap muka; (3)
akuntabilitas individual, dan (4) keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi
atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan” (Abdurrahman &
Bintoro, 2000:78-79)
a.
Saling
ketergantungan positif
Dalam
pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa
merasa saling membutuhkan. Hubungan yang
saling membutuhan inilah yang dimaksud dengan saling memberikan motivasi ntuk
meraih hasil belajar yang optimal. Saling ketergantungan tersebut dapat dicapai
melalui: (a) saling ketergantungan pencapaian tujuan, (b) saling ketergantungan
dalam menyelesaikan tugas, (c) saling ketergantungan bahan atau sumber, (d)
saling ketergantungan peran, dan (e) saling ketergantungan hadiah.
b.
Interaksi
tatap muka
Interaksi
tatap muka menuntut para siswa dalam kelompok dapat saling bertatap muka
sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi juga
dengan sesama siswa. Interaksi semacam itu memungkinkan para siswa dapat saling
menjadi sumber belajar sehingga sumber belajar lebih bervariasi. Interaksi
semacam itu sangat penting karena ada siswa yang merasa lebih mudah belajar
dari sesamanya.
c.
Akuntabilitas
individual
Pembelajaran
kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Meskipun demikian,
penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran
secara individual. Hasil penilaian secara individual tersebut selanjutnya
disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui
siapa anggota kelompok mengetahui siapa anggota yang memerluan bantuan dan
siapa anggota kelompok yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan
atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, dan karena itu tiap anggota
kelompok harus memberikan urunan demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok
secara individual inilah yang dimaksudkan dengan akuntabilitas individual.
d.
Keterampilan
menjalin hubungan antar pribadi
Dalam
pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan
terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritifk teman, berani
mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan
berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi (interpersonal relationship) tidak hanya
diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan. Siswa yang tidak dapat menjalin
hubungan antar pribadi tidak hanya memperoleh teguran dari guru tetapi juga
dari sesama siswa.
3. Peran Guru dalam Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran
kooperatif menuntut guru untuk berperan relatif berbeda dari pembelajaran
tradisional. Berbagai peran guru dalam pembelajaran kooperatif tersebut dapat
dikemukan sebagai berikut ini.
1.
Merumuskan
tujuan pembelajaran. Ada
dua tujuan pembelajaran yang perlu diperhatikan oleh guru, tujaun akademik (academic objectives) dan tujuan
keterampilan bekerja sama (collaborative
skill objectives). Tujuan akademik dirumuskan sesuai dengan taraf
perkembangan siswa dan analisis tugas atau analisis konsep. Tujuan keterampilan
bekerja sama meliputi keterampilan memimpin, berkomunikasi, mempercayai orang
lain, dan mengelola konflik.
2.
Menentukan
jumlah anggota dalam kelompok belajar. Jumlah anggota dalam tiap kelompok
belajar tidak boleh terlalu besar, biasanya 2 hingga 6 siswa. Ada 3 faktor yang menentukan jumlah anggota
tiap kelompok belajar. Ketiga faktor tersebut adalah: (1) taraf kemampuan
siswa, (2) ketersediaan bahan, dan (3) ketersediaan waktu. Jumlah anggota
kelompok belajar hendaknya kecil agar tiap siswa aktif menjalin kerjasama
menyelesaikan tugas. Ada
4 pertanyaan yang hendaknya dijawab oleh guru saat akan menempatkan siswa dalam
kelompok. Keempat pertanyaan tersebut dapat dikemukakan sebagai berikut:
a.
Pengelompokkan
siswa secara homogen atau heterogen? Pengelompokkan siswa hendaknya heterogen.
Keheterogenan kelompok mencakup jenis kelamin, ras, agama, (kalau mungkin),
tingkat kemampuan (tinggi, sedang, rendah), dan sebagainya.
b.
Bagaimana
menempatkan siswa dalam kelompok? Ada
dua jenis kelompok belajar kooperatif, yaitu (1) yang berorientasi bukan pada
tugas (non-task-orientied), dan (2)
yang berorientasi pada tugas (task
oriented). Kelompok belajar kooperatif yang berorientasi bukan pada tugas
tidak menuntut adanya pembagian tugas untuk tiap anggota kelompok. Kelompok
belajar semacam ini tampak seperti pada saat siswa mengerjakan soal-soal Ilmu
Pengetahuan Sosial berbentuk prosedur penyelesaian dan mencocokkan pendapatnya.
Kelompok belajar yang berorientasi pada tugas menekankan adanya pembagian tugas
yAang jelas bagi semua anggota kelompok. Kelompok belajar semacam ini tampak
seperti pada saat siswa melakukan kunjungan ke kebun binatang sehinga harus
disusun oleh panitia untuk menentukan siapa yang menjadi ketua, sekretaris,
bendahara, seksi transportasi, seksi konsumsi, dan sebagainya. Siswa yang baru
mengenal belajar kooperatif dapat ditempatkan dalam kelompok belajar yang
berorientasi pada tugas, dari jenis tugas yang sederhana hingga yang kompleks.
c.
Siswa
bebas memilih teman atau ditentukan oleh guru.
Anggota tiap kelompok belajar
hendaknya ditentukan secara acak oleh guru. Ada 3 teknik untuk menentukan anggota
kelompok secara acak yang dapat digunakan oleh guru. Ketiga teknik tersebut
dapat dikemukakan sebagai berikut.
1)
Berdasarkan
metode sosiometri. Melalui metode sosiometri guru dapat menentukan siswa yang
tergolong disukai oleh banyak teman (bintang kelas) hingga yang paling tidak
disukai atau tidak memiliki teman (terisolasi).
3. Menetukan tempat duduk siswa. Tempat duduk
siswa hendaknya disusun agar tiap kelompok dapat saling bertatap muka tetapi
cukup terpisah antara kelompok yang satu dengan kelompok lainnya. Susunan
tempat duduk dapat dalam bentuk lingkaran atau berhadap-hadapan.
4. Merancang bahan untuk meningkatkan saling
ketergantungan positif. Cara menyusun bahan ajar dan penggunaannya dalam suatu
kegiatan pembelajaran dapat menetukan tidak hanya efektivitas pencapaian tujuan
belajar siswa. Bahan ajar hendaknya dibagikan kepada semua siswa agar mereka
dapat berpartisipasi dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Jika kelompok belajar telah memiliki cukup pengalaman, guru tidak
perlu membagikan bahan ajar dengan berbagai petunjuk khusus. Jika kelompok
belajar belum banyak pengalaman atau masih baru, guru perlu memberi tahu para
siswa bahwa mereka harus bekerja sama, bukan bekerja sendiri-sendiri. .
5.
Menjelaskan
tugas akademik. Ada
beberapa aspek yang perlu disadari oleh para guru dalam menjelaskan tugas
akademik kepada para siswa. Beberapa aspek tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut.
a.
Menyusun
tugas sehingga siswa menjadi jelas mengenai tugas tersebut. Kejelasan tugas
sangat penting bagi para siswa karena dapat menghindarkan mereka dari freustasi
atau kebingungan. Dalam pembelajaran kooperatif siswa yang tidak dapat memahami
tugasnya dapat bertanya kepada kelompoknya sebelum bertanya kepada guru.
b.
Menjelaskan
tujuan belajar dan mengaitkannya dengan pengalaman siswa di masa lampau.
c.
Menjelaskan
berbagai konsep atau pengertian atau istilah, prosedur yang harus diikuti atau
pengertian contoh kepada para siswa.
d.
Mengajukan
berbagai pertanyaan khusus untuk mengetahui pemahaman para siswa mengenai tugas
mereka.
6.
Adanya
anggota kelompok yang mengerjakan seluruh pekerjan. Suatu kelompok belajar juga
tidak dapat dikatakan benar-benar kooperatif jika memperbolehkn adanya anggota
yang tidak melakukan apa pun demi kelompok. Untuk menjamin agar seluruh anggota
kelompok benar-benar menjalin kerja sama dan guru harus sering melakukan
pengukuran untuk mengetahui taraf penguasaan tiap siswa terhadap materi
pelajaran yang sedang dipelajari.
7.
Menyusun
kerja sama antar kelompok. Hasil positif yang ditemukan dalam suatu kelompok
belajar kooperatif dapat diperluas ke seluruh kelas dengan menciptakan kerja
sama antar kelompok. Nilai tambahan dapat diberikan jika seluruh siswa di dalam
kelas meraih standar mutu yang tinggi.
8.
Menjelaskan
kriteria keberhasilan. Penilaian dalam pembelajaran kooperatif bertolak dari
penilaian acuan patokan (criterion
referenced). Pada awal kegiatan belajar guruhendaknya menerangkan secara
jelas kepada siswa mengenai bagaimana pekerjaan mereka akan dinilai.
9.
Menjelaskan
perilaku siswa yang diharapkan. Perkataan kerja sama atau gotong royong seiring
memiliki konotasi dan penggunaan yang bermacam-macam. Oleh karena itu, guru
perlu mendifinisikan perkatann kerja sama tersebut secara operasional dalam
bentuk berbagai perilaku tersebut antara lain dapat dikemukakan dengan
kata-kata seperti “Tetaplah berada dalam kelompokmu”.
10.
Memantau
perilaku siswa. Setelah semua kelompok mulai bekerja, guru harus menggunakan
sebagian besar waktunya untuk memantau kegiatan siswa.
11.
Memberikan
bantuan kepada siswa dalam menyelesaian tugas. Pada saat melakukan pemantauan,
guru harus menjelaskan pelajaran, mengulang prosedur atau strategi untuk
menyelesaikan tugas, menjawab pertanyaan, dan mengajarkan keterampilan
menyelesaikan tugas kalau perlu.
12.
Melakukan
intervensi untuk mengajarkan keterampilan bekerja sama.
13.
Menutup
pelajaran. Pada saat pelajaran berakhir, guru perlu meringkas pokok-pokok pelajaran.
C. Metode
GI (Group Investigation)
Dasar-dasar
GI dirancang oleh Herbert Thelen, selanjutnya dipeluas dan diperbaiki oleh
Sharan dan kawan-kawannya dari Universitas Tel Aviv. Metode GI sering dipandang
sebagai metode yang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam
pembelajaran kooperatif. Dibandingkan dengan metode STAD dan Jigsaw, metode GI
melibatkan siswa sejak pernecanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara
untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode ini menuntut para siswa untuk
memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan
proses kelompok (group process skills).
Para guru yang menggunakan metode GI umumnya
membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa
dengan karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan
atas kesenangan berteman atau kesamaan
minat terhadap sutu topik tertentu. Para siswa
memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah
dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu laporan di depan kelas secara
keseluruhan. Adapun deskripsi mengenai langkah-langkah GI dapat dikemukakan
sebagai berikut.
1.
Seleksi topik. Para
siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya
digambarkan lebih dahulu oleh guru. Para siswa
selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada
tugas (task oriented groups) yang
beranggotakan 2 hingga enam orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam
jenis kelamin, etnik, maupun kemampuan akademik.
2.
Merencanakan kerja sama. Para
siswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan
tujuan umum (goals) yang konsisten
dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih pada langkah 1 di atas.
3.
Implementasi. Para
siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah 2. Pembelajaran
harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas
dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat
di dalam maupun di luar sekolah. Guru terus-menerus mengikuti kemajuan tiap
kelmpok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
4.
Analisis dan sintesis. Para
siswa menganalisis dan mensintesiskan berbagai informasi yang diperoleh pada
langkah 3 dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang
menarik di depan kelas.
5.
Penyajian hasil akhir. Semua kelompok menyajikan suatu
presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua
siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas
mengenai suatu topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinasikan oleh guru.
6.
Evaluasi. Selanjutnya, guru beserta para
siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan
kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara
individu atau kelompok, atau keduanya.
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
A. Bentuk
Penelitian Tindakan
Penelitian
ini merupakan penelitian tindakan (action
research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah
pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif,
sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana
hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut
Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997: 8) mengelompokkan penelitian
tindakan menjadi empat macam yaitu, (a) guru sebagai peneliti, (b) penelitian
tindakan kolaboratif; (c) simultan terintegratif; (d) administrasi sosial
eksperimental.
Dalam
penelitian tindakan ini menggunakan bentuk guru sebagai peneliti, penanggung
jawab penuh penelitian ini adalah guru. Tujuan utama dari penelitian tindakan
ini adalah untuk meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru secara
penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan,
dan refleksi.
Dalam
penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan siapapun, kehadiran peneliti
sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa,
sehingga siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan
data yang seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.
B. Tempat,
Waktu dan Subyek Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat
penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian untuk
memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di Kelas VIII SMPN 12
Sungai Raya.
2. Waktu Penelitian
Waktu
penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat penelitian ini
dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013
3. Subyek Penelitian
Subyek
penelitian adalah siswa-siswi Kelas VIII tahun pelajaran 2011/2012 di SMPN 12
Sungai Raya pada pokok bahasan Kondisi Fisik Wilayah dan penduduk
C. Rancangan
Penelitian
Penelitian
ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tim penyusun PTK
adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelatihan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan
rasional dari tindakan mereka dalam
melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan
yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran
tersebut dilakukan (dalam Mukhlis, 2000: 3).
Sedangkah
menurut Mukhlis (2000: 5) PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat
sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi
pembelajaran yang dilakukan.
Adapun
tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/meningkatkan pratek pembelajaran
secara berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya adalah menumbuhkan
budaya meneliti di kalangan guru (Mukhlis, 2000: 5).
Sesuai
dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka
penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart
(dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke
siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan),
observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada
siklus berikutnya adalah perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan,
dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang
berupa identifikasi permasalahan.
Siklus
spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar
berikut.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Silabus
Yaitu
seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran pengelolahan
kelas, serta penilaian hasil belajar.
2. Rencana Pelaksanaan Pelajaran (RPP)
Yaitu merupakan
perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan
disusun untuk tiap putaran. Masing-masing RPP berisi kompetensi dasar,
indikator pencapaian hasil belajar, tujuan pembelajaran khusus, dan kegiatan
belajar mengajar.
3. Lembar Kegiatan Siswa
Lembar
kegiatan ini yang dipergunakan siswa untuk membantu proses pengumpulan data
hasil kegiatan belajar mengajar.
Bilangan
yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal adalah indeks kesukaran. Rumus
yang digunakan untuk menentukan taraf kesukaran adalah:
(Suharsimi Arikunto, 2001: 208)
Dengan: P :
Indeks kesukaran
B : Banyak siswa yang menjawab soal
dengan benar
a.
Daya
Pembeda
Daya
pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang
berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang
menunjukkan besarnya daya pembeda desebut indeks diskriminasi. Rumus yang
digunakan untuk menghitung indeks diskriminasi adalah sebagai berikut:
(Suharsimi
Arikunto, 2001: 211)
Dimana:
D : Indeks diskriminasi
BA : Banyak peserta kelompok atas yang menjawab
dengan benar
BB : Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab
dengan benar
JA : Jumlah peserta kelompok atas
JB : Jumlah peserta kelompok bawah
Proporsi peserta
kelompok atas yang menjawab benar.
Proporsi peserta
kelompok bawah yang menjawab benar
E. Metode
Pengumpulan Data
Data-data
yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi pengolahan
belajar aktif, observasi aktivitas siswa dan guru, dan tes formatif.
F. Teknik
Analisis Data
Untuk
mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan
analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif
kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan
atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui
prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap
kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Untuk
menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah
proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan
evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
Analisis ini dihitung
dengan menggunakan statistik sederhana
2. Untuk ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar
yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan
belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah
tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut
tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya
serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan
belajar digunakan rumus sebagai berikut:
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data penelitian yang diperoleh
berupa hasil uji coba item butir soal, data observasi berupa pengamatan
pengelolaan pembelajaran kooperatif model GI dan pengamatan aktivitas siswa dan
guru pada akhir pembelajaran, dan data tes formatif siswa pada setiap siklus.
Data
hasil uji coba item butir soal digunakan untuk mendapatkan tes yang betul-betul
mewakili apa yang diinginkan. Data ini selanjutnya dianalisis tingkat
validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.
Data
lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan pengelolaan
pembelajaran kooperatif model GI yang digunakan untuk mengetahui pengaruh
penerapan model pembelajaran kooperatif model GI dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa dan data pengamatan aktivitas siswa dan guru.
Data
tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah
diterapkan pembelajaran kooperatif model GI.
A. Analisis
Item Butir Soal
Sebelum
melaksanakan pengambilan data melalui instrument penelitian berupa tes dan
mendapatkan tes yang baik, maka data tes tersebut diuji dan dianalisis. Uji
coba dilakukan pada siswa di luar sasaran penelitian. Analisis tes yang dilakukan
meliputi:
- Validitas
Validitas
butir soal dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan tes sehingga dapat digunakan
sebagai instrument dalam penelitian ini. Dari perhitungan 20 soal diperoleh 6
soal tidak valid dan 14 soal valid. Hasil dari validits soal-soal dirangkum
dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.1. Soal Valid dan Tidak
Valid Tes Formatif Siswa
Soal Valid
|
Soal Tidak Valid
|
1, 2, 3, 4, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17,
19, 21
|
5, 6, 8, 15, 16, 18
|
- Reliabilitas
Soal-soal
yang telah memenuhi syarat validitas diuji reliabilitasnya. Dari hasil
perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas r11 sebesar 0, 554.
Harga ini lebih besar dari harga r product moment. Untuk jumlah siswa (N = 20).
Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah memenuhi syarat
reliabilitas.
- Taraf Kesukaran (P)
Taraf
kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal. Hasil analisis
menunjukkan dari 20 soal yang diuji terdapat:
-
6 soal
mudah
-
10
soal sedang
-
4 soal
sukar
- Daya Pembeda
Analisis
daya pembeda dilakukan untuk mengetahui kemampuan soal dalam membedakan siswa
yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.
Dari hasil
analisis daya pembeda diperoleh soal yang berkteriteria jelek sebanyak 6 soal,
berkriteria cukup 10 soal, berkriteria baik 4 soal. Dengan demikian soal-soal
tes yang digunakan telah memenuhi syara-syarat validitas, reliabilitas, taraf
kesukaran, dan daya pembeda.
B. Analisis
Data Penelitian Persiklus
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada
tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari
rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang
mendukung.
b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal September 2011 di Kelas VIII A dengan jumlah
siswa 20 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses
belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar
mengajar
Pada
akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah
dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:
c. Refleksi
Dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan
sebagai berikut:
1)
Guru
kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran
2)
Guru
kurang baik dalam pengelolaan waktu
3)
Siswa
kurang begitu antusias selama pembelajaran berlangsung.
d. Refisi
Pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga
perlu adanya refisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya.
1)
Guru
perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan
tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap
kegiatan yang akan dilakukan.
Guru perlu
mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang
dirasa perlu dan memberi catatan
2)
Guru
harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa
lebih antusias.
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
Pada
tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari
rencana pelajaran 2, soal tes formatif II dan alat-alat pengajaran yang
mendukung.
b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 12 September
2011 di Kelas VIII A DI SMPN 12 Sungai Raya dengan jumlah siswa 20 siswa. Dalam hal ini peneliti
bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana
pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalah atau
kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan
(observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar
c. Refleksi
Dalam
pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai
berikut:
1)
Memotivasi
siswa
2)
Membimbing
siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep
3)
Pengelolaan
waktu
d. Revisi Rancangan
Pelaksanaan
kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Maka
perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus II antara lain:
1)
Guru
dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih termotivasi selama proses
belajar mengajar berlangsung.
2)
Guru
harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri
siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya.
3)
Guru
harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep.
4)
Guru
harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan pembelajaran dapat
berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
5)
Guru
sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi soal-soal latihan pada
siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar.
|
|
|
|
|
|
C. Pembahasan
1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa
Melalui
hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif model GI
memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini
dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman dan penguasaan siswa terhadap
materi yang telah disampaikan guru selama ini (ketuntasan belajar meningkat
dari sklus I, dan II
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan
analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran kooperatif
model GI dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif
terhadap peningkatan prestasi belajar siswa dan penguasaan materi pelajaran
yang telah diterima selama ini, yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya
nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran IPS dengan
pembelajaran kooperatif model GI yang paling dominan adalah,
mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara
siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas isiwa dapat
dikategorikan aktif.
Dengan pembelajaran kooperatif GI mampu merubah
aktifitas siswa dan hasil belajar yaitu ;
1.
Hasil Pretest : nilai rata –rata 72,00 nilai tinggi
100, nilai terendah 65 dengan tingkat ketuntasan klasikal 70 %
2.
Hasil Post Test: nilai
rata –rata 85,00 nilai tinggi 100, nilai terendah 65 dengan tingkat ketuntasan
klasikal 100 % sehingga terjadi kenaikan sebesar 30 %
3.
Dengan tingkat aktivitas
siswa saat pembelajaran mencapai 78 % dikatakan aktif
Dengan penerapan pembelajaran kooperatif model GI tingkat aktivitas
siswa dalam pembelajaran dapat ditingkatkan sebagai implementasi peningkatan
aktivitas ini terjadi peningkatan penguasaan kosep materi pembelajaran pada
peserta didik, sehingga terjadi kenaikan pada hasil post test.
Sedangkan
untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah pembelajaran
kooperatif model GI dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang
muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan
kegiatan, menjelaskan materi yang tidak dimengerti siswa, memberi umpan
balik/evaluasi/tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup
besar.
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari
hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan
berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1.
Pembelajaran kooperatif model GI memiliki dampak positif dalam meningkatkan
prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar
siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I dan siklus II
1.
Penerapan
pembelajaran kooperatif model GI mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa dalam belajar matematika, hal ini
ditunjukan dengan antusias siswa yang menyatakan bahwa siswa tertarik dan
berminat dengan pembelajaran kooperatif model GI sehingga mereka menjadi
termotivasi untuk belajar.
2.
Pembelajaran
kooperatif model GI memiliki dampak positif terhadap kerjasama antara siswa,
hal ini ditunjukkan adanya tanggung jawab dalam kelompok dimana siswa yang
lebih mampu mengajari temannya yang kurang mampu.
B. Saran
Dari
hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar
mengajar matematika lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi
siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:
- Untuk melaksanakan pembelajaran kooperatif model GI memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan pembelajaran kooperatif model GI dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
- Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran yang sesuai, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
- Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya pada kelas VIII Semester ganjil dilakukan di SMP 12 Sungai Raya tahun pelajaran 2011/2012
- Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikan-perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Ali,
Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar
Mengajar. Bandung:
Sinar Baru Algesindon.
Arikunto, Suharsimi. 1989. Penilaian Program Pendidikan. Proyek
Pengembangan LPTK Depdikbud. Dirjen Dikti.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta: Rineksa Cipta.
Arikunto,
Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineksa Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto,
Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineksa Cipta.
Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers.
Allin and Bacon, Inc. Boston.
Dayan,
Anto. 1972. Pengantar Metode Statistik
Deskriptif. Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerangan Ekonomi.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Djamarah. Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineksa Cipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar