PENGARUH
MUSIK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BELAJAR ANAK
Oleh : Zita Ida Uhur
Saragih, S.Pd
Artikel Ilmiah Popuker
Musik adalah suatu hasil karya seni bunyi dalam
bentuk lagu yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya melalui irama,
melodi, harmoni, bentuk/struktur lagu dan ekspresi sebagai satu kesatuan. Musik
berhasil merangsang pola pikir dan menjadi jembatan bagi pemikiran-pemikiran
yang lebih kompleks. Jika ada rangsangan musik maka neuron yang terpisah-pisah
akan bertautan dan mengintegrasikan diri dalam sirkuit otak kanan dan otak
kiri. Semakin banyak rangsangan musik diberikan, akan semakin kompleks jalinan
antarneuron di dalam otak.
Hubungan Musik Dengan Fungsi Otak musik yang didengar,
menggetarkan gendang telinga, mengguncang cairan di telinga dalam serta
menggetarkan sel-sel berambut dalam koklea, selanjutnya saraf koklearis menuju
ke otak. Musik akan diterima langsung oleh talamus yaitu suatu bagian otak yang
mengatur emosi, sensasi, dan perasaan, tanpa terlebih dahulu dicerna oleh
bagian otak yang berfikir mengenai baik-buruk maupun intelegensia. Selanjutnya
bunyi musik tersebut masuk melalui hipotalamus, yaitu pusat saraf otonom yang
mengatur fungsi pernafasan, denyut jantung, tekanan darah, pergerakan otot
usus, fungsi endokrin, memori dan lain-lain. Seorang peneliti Ira Altschuler
mengatakan “Sekali suatu stimulus mencapai thalamus, maka secara otomatis pusat
otak telah diinvasi.”
Seorang peneliti, Donald Hodges, mengemukakan bahwa bagian otak yang
dikenal sebagai planum temporale dan corpus callosum memiliki ukuran lebih
besar pada otak musisi jika dibandingkan dengan mereka yang bukan musisi. Kedua
bagian ini bahkan lebih besar lagi jika para musisi tersebut telah belajar
musik sejak usia yang masih sangat muda yakni di bawah usia tujuh tahun. Gilman
dan Newman (1996) mengemukakan bahwa planum temporale adalah bagian otak yang
banyak berperan dalam proses verbal dan pendengaran, sedangkan corpus callosum
berfungsi sebagai pengirim pesan berita dari otak kiri ke sebelah kanan dan
sebaliknya. Walaupun banyak peneliti mengatakan bahwa kemampuan musikal
seseorang berpusat pada belahan otak kanan, namun proses perkembangannya
proporsi kemampuan yang tadinya terhimpun hanya pada otak kanan akan menyebar
melalui corpus callosum ke belahan otak kiri. Akibatnya kemampuan tersebut
berpengaruh pada perkembangan linguistik seseorang.
Dr. Lawrence Parsons dari Universitas Texas San Antonio menemukan data
bahwa harmoni, melodi dan ritme memiliki perbedaan pola aktivitas pada otak.
Melodi menghasilkan gelombang otak yang sama pada otak kiri maupun kanan,
sedangkan harmoni dan ritme lebih terfokus pada belahan otak kiri saja. Namun
secara keseluruhan, musik melibatkan hampir seluruh bagian otak. Dr. Gottfried
Schlaug dari Boston mengemukakan bahwa otak seorang laki-laki musisi memiliki
cerebellum (otak kecil) 5 % lebih besar dibandingkan yang bukan musisi. Kesemua
ini memberikan pengertian bahwa latihan musik termasuk mendengarkan musik
memberikan dampak tertentu pada proses perkembangan otak.
Hubungan musik dan Kecerdasan Emosi, Sternberg dan
Salovery (1997) mengemukakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan
mengenali emosi diri, yang merupakan kemampuan seseorang dalam mengenali
perasaannya sendiri sewaktu perasaan atau emosi itu muncul. Ia mampu mengenali
emosinya sendiri apabila ia memiliki kepekaan yang tinggi terhadap perasaannya
yang berdampak pada pengambilan keputusan secara mantap. Kemampuan mengelola
emosi merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan perasaannya sehingga
tidak meledak dan akhirnya dapat mempengaruhi perilakunya secara wajar.
Misalnya, seseorang yang sedang marah, maka kemarahan itu tetap dapat
dikendalikan secara baik tanpa harus menimbulkan akibat yang akhirnya disesali
di kemudian hari.
Kecerdasan emosional perlu dikembangkan agar segala potensi yang dimiliki
dapat berkembang secara lebih optimal. Perkembangan kecerdasan emosional sangat
dipengaruhi oleh rangsangan musik seperti dikatakan oleh Gordon Shaw (1996).
Campbell (2001) dalam bukunya “Efek Mozart” mengatakan bahwa musik romantik
dapat digunakan untuk meningkatkan kasih sayang dan simpati.
Hubungan Musik Dengan Peningkatan Kemampuan Belajar Anak,
Gallahue (1992) mengatakan bahwa memperdengarkan musik klasik, ritme, melodi,
dan harmoninya merupakan stimulasi untuk meningkatkan kemampuan belajar anak.
Melalui musik klasik, anak mudah menangkap hubungan antara waktu, jarak dan
urutan (rangkaian) yang merupakan keterampilan yang dibutuhkan untuk kecakapan
dalam logika berfikir, matematika dan penyelesaian masalah.
Hasil penelitian Herry Chunagi (1996), Siegel (1999), yang didasarkan
atas teori neuron (sel kondiktor pada sistem saraf), menjelaskan bahwa neuron
akan menjadi sirkuit jika ada rangsangan musik, rangsangan yang berupa gerakan,
elusan, suara mengakibatkan neuron yang terpisah bertautan dan mengintegrasikan
diri dalam sirkuit otak. Semakin banyak rangsangan musik diberikan, akan
semakin kompleks jalinan antarneuron itu. Dampaknya ialah adanya kemampuan
matematika, logika, bahasa, dan emosi pada anak.
Martin Gardiner (1996) dalam Goleman (1995) dari hasil penelitiannya
mengatakan bahwa musik dapat membuat para siswa lebih pintar, musik dapat
membantu otak berfokus pada hal lain yang dipelajari. Ada hubungan logis antara
musik dan matematika, karena keduanya menyangkut skala yang naik turun, yaitu
ketukan dalam musik dan angka dalam matematika.
Daryono Sutoyo, Guru Besar Biologi UNS Solo, melakukan penelitian (1981)
tentang kontribusi musik yaitu menstimulasi otak. Ia menyatakan bahwa apabila
sejak dini anak memperoleh stimulasi yang seimbang antara belahan otak kiri dan
belahan otak kanannya, ia akan mampu menggunakan fungsi kedua belahan otaknya
secara seimbang sehingga saat ia dewasa akan berfikir logis, intuitif, cerdas,
kreatif, jujur dan tajam perasaannya.
Simpulan dan Saran
1.
Musik dapat memberikan dampak terhadap proses
perkembangan otak.
2.
Musik dapat menstimulasi otak untuk meningkatkan
kemampuan belajar anak. Musik dapat membuat anak lebih pintar.
3.
Musik dapat mempengaruhi kecerdasan emosional anak.
4.
Disarankan untuk meningkatkan apresiasi terhadap musik
dan mendorong aplikasi peranan musik terhadap kemampuan belajar para anak
didik.
I.
Daftar Pustaka
Sondang Aemilia Panjaitan – Sirait, Dr, 2007, Efek Musik Pada Tubuh
Manusia.
Fierman Gaul, 2007, Musik dan Otak (Kognitif)
Arly Budiono, 2006, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Apresiasi
Masyarakat Terhadap Seni Musik, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar